Jakarta,globalnews7.id
Mantan wakapolri komjen pol.(purn) oegroseno sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PP PTMSI)resmi mendaftarkan diri sebagai calon kadidat ketua umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) periode 2023-2027, pada hari Rabu lalu (14/6)jakarta.
Kehadiran Oegroseno di lantai 16 Gedung KOI Jakarta, diterima ketua tim penjaring Ngatino beserta jajarannya untuk agenda pendaftaran nya sabagi calon KOI.
Beliau Maju sebagai calon ketua KOI dAn menggandeng Ketua KONI DI Yogyakarta yang juga mantan Deputi IV Bidang Prestasi Kemenpora, Djoko Pekik Irianto.
Mantan wakapolri ini juga mengatakan kenapa beliau menggandeng Djoko Pekik sebagai wakilnya untuk KOI ini.
“Saya tunjuk Pak Djoko Pekik karena jaringannya cukup luas. Ini adalah kesempatan untuk memajukan olahraga Indonesia dan bangkit,”ujar Oegroseno selesai menyerahkan berkas berkas yang mau didaftarkan.
Mantan Wakapolri ini juga menyampaikan sudah menjalin komunikasi yang sangat baik dengan Djoko Pekik.
Menurut Oegroseno, untuk penyerahan berkas Djoko Pekik tak perlu hadir secara fisik dan nanti berkasnya akan dilengkapi sebelum 16 Juni 2023 sesuai tenggat waktu yang diatur di tim penjaring Kongres KOI.
Oegroseno juga memaparkan poin-poin kenapa maju sebagai calon ketua umum KOI.
“Saya niat maju karena merasakan bahwa ada seperti perbedaan perlakuan terhadap cabor. Jadi ada cabor yang diperhatikan, agak diperhatikan dan tidak diperhatikan,”ujar Oegroseno.
“Fakta itu kita rasakan saat SEA Games, terutama tenis meja. Di SEA Games 2019 Filipina dan Vietnam tak dipertandingkan, baru kemarin di Kamboja dikirim oleh Menpora,” lanjut Oegroseno.
Dari masalah seperti inilah, kata Oegroseno, KOI harusnya berperan dan KOI harus jadi rumah bersama bagi seluruh cabang olahraga indonesia.
Ketua KOI nanti bisa melayani seluruh cabor di forum Asia Tenggara atau SEA Games, bukan jadi komandan,”tandas Oegroseno.
“Harusnya seluruh cabor bisa bertanding secara maksimal karena ini jadi tolak ukur. Kalau tingkat ASEAN saja sudah dihambat, bagaimana dengan event dunia,”ujar oegroseno.
Selain itu juga, Ogroseno juga mengkritisi sistem pendaftaran dan pemilihan ketua KOI yang dinilai sangat sulit.
Bahkan, Oegro menyebut sulitnya melebihi pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI.
“Sistem pemilihan ketua KOI ini lebih sulit dari pemilihan presiden dan wapres. Saya ikuti sistem pemilihan sejak Pak Erick Thohir maju menggantikan Bu Rita. Harusnya ART 2019 diubah,” terangnya.
Sama halnya pemilihan di luar negeri, lanjut Oegroseno, tidak ada pemilihan ketua, kemudian calonnya melakukan deklarasi dan mempertontonkan dukungannya ke khalayak ramai.
Menurut Oegroseno, kondisi semacam itu berpotensi memecah belah cabor yang ada di Indonesia.
“Di seluruh dunia, kalau daftar ya daftar. Setelah itu tidak ada deklarasi secara terbuka. Deklarasi terbuka bisa jadi konflik, ke depan tidak sehat,” ujar Oegroseno.
Kongres KOI akan diselenggarakan pada 30 Juni 2023 di Jakarta Selain memilih ketua umum/wakil ketua umum, agenda kongres juga memilih anggota komite eksekutif dan sebagainya.
Editor:Burhanuddin