Jakarta-globalnews7.id
PT Serayu Grup terus bergerak dan berbuat untuk kemajuan ekonomi Indonesia khususnya di bidang pangan/komoditas pertanian.Keseriusan itu dijalankan sejak tahun 2000 dengan menanam pohon hampir di 15 Propinsi di Indonesia dengan metode tumpang sari.
Bentuk nyata dari tanam pohon itu salah satunya pohon vanili dan kayu gaharu yang ada di wilayah Sukabumi dan Cianjur Propinsi Jawa Barat.
Tak pelak kebun tersebut mendapat kunjungan dari seorang Pemerhati Lingkungan Hidup Indonesia, SAS (Suriyono Adi Susanto) yang didampingi Alianto pada Sabtu (19/11/2022).
Menurut SAS program menanam pohon dengan tumpang sari seperti pohon vanili yang dijalankan Serayu Grup sungguh luar biasa karena selain menambah devisa negara juga pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar.
“Pohon vanili ini manfaatnya banyak selain untuk obat-obatan dan kosmetik juga menjadi bahan pengawet pada makanan, namun harus diperhatikan dalam perawatan agar hasilnya maksimal,”ujar SAS (Suriyono Adi Susanto) Pemerhati Lingkungan Hidup Indonesia kepada GLOBALNEWS.ID, di Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (19/11/2022).
Menurut SAS sejak tahun 2000 PT Serayu Makmur Kayuindo sudah berbuat banyak khususnya dalam menanam pohon hal ini sangat erat kaitannya dengan hasil Deklarasi Bali 2022 pada penyelengaraan KTT G20 yang salah satu paragrafnya adalah isu krisis pangan/perubahan iklim.
“Tentu kedua isu sental ini sudah di dijalankan oleh Serayu Grup yakni dengan menanam pohon diseluruh wilayah NKRI karena dengan menanam pohon sebanyak-banyaknya bisa mencegah bencana banjir dan tanah longsor,”tegasnya.
SAS juga menilai perhelatan KTT G20 di Bali 2022 yang dipimpin Presiden Ke-7 RI, Joko Widodo sangat baik dan berhasil bahkan dunia mengakuinya meskipun sangat sederhana.
“Perhelatan yang mempertemukan pemimpin-peminpin negara maju dan berkembang ini menjadi prestasi tersendiri Presiden Joko Widodo khsusnya dalam untuk mengatasi kerawanan pangan dan air,”imbuhnya.
Dikatakan Suriyono Adi Susanto sangat mendukung dan mengapresiasi program Serayu Grup untuk menanam pohon karena manfaatnya banyak selain mengurangi bencana angin juga menyerap carbon dan pemanasan global.Terpenting dengan program ini akan meningkatkan hasil taraf hidup petani dan bisa mengurangi impor pangan.
“Pada sebuah riset terbukti ketinggian pohon 10 meter pada diameter 15 cm bisa menyimpan 40 liter air perjamnya,”urainya.
Seperti diketahui Sarayu Grup tambah SAS menjadi pioner/contoh dalam gerakan menanam pohon yamg sudah dilakukan sejak 2000 dan menjadikan Indonesia menjadi paru-paru dunia.
“Menurut SAS pada tahun 2000 Bumi kita ini 70 persen air dan 30 persen darat, namun pada tahun 2011 bumi kita 71,1 persen air dan 28,8 persen darat artinya darat makin mengecil akibat pemanasan bumi sehingga kutub utara mencair alhasil bencana dimana-mana dan cuaca tidak menentu kalau hal ini dibiarkan nasib anak cucu kita kedepannya akan semakin sulit,”tuturnya.
Lebih lanjut SAS menyatakan dalam kurun waktu 30 tahun terakhir Indonesia sering mengalami bencana banjir bahkan dunia.Belum lagi berkurangnya area hutan primer dan sekunder harus menjadi perhatian kita bersama karena ini menjadi pemicu bencana.
“Hasil penilaian PBB per 31 Desember 2014 tercatat manusia di lahir ke 7 milliar ada dinegara Philipina sehingga diprediksi tahun 2030 sebanyak 10 milliar manusia dibumi padahal darat semakin
mengecil,”tandasnya.
(han) (parman)